Pembangunan Green Belt Sebagai Antisipasi Pencemaran Udara Industri Pupuk Di Kalimantan Timur
Main Article Content
Abstract
ABSTRACT
The fertilizer industry based on their environmental concerned in East Kalimantan is committed to protecting environmental sustainability and biodiversity which one of its efforts is to reduce the impact of air pollution by building Green Belt that serves as a buffer zone. The main element of the green belt is the vegetation that naturally acts as an atmospheric purifier by absorbing gaseous and particulate pollutants through its leaves. Green Belt Vegetation, with leafy and coarse leaf surfaces, with wide leaves, dense canopy with tight leaves expected to reduce air pollutant concentration from the fertilizer industry to surrounding residential areas. Thus the Green Belt will be built to help overcome the problem of air pollution impact in the settlement area around industrial area. sengon and teak.
Keywords: Green belt, fertilizer industry, air pollution, dust, particulates.
ABSTRAK
Industri pupuk ini bermaksud membangun proses industri pupuk yang ramah lingkungan untuk melindungi lingkungan dan keanekearagaman hayati dari pencemaran udara dengan membangun daerah penyangga dikenal sebagai sabuk hijau (Green Belt). Unsur utama sabuk hijau adalah vegetasi yang secara alamiah berfungsi sebagai pembersih atmosfir dengan menyerap polutan berupa gas dan partikel melalui daunnya.   Vegetasi Green Belt, dengan permukaan daun berbulu dan kasar, dengan daun lebar, tajuk yang rapat dengan daun yang rapat diharapkan mampu mengurangi konsentrasi pencemar udara dari industri pupuk menuju areal permukiman disekitarnya. Dengan demikian Green Belt  yang dibangun akan dapat membantu mengatasi masalah dampak pencemaran udara diareal permukiman sekitar kawasan industri.
Kata kunci: Sabuk hijau (green belt), industri pupuk, pencemaran udara, debu, partikulat.
Article Details
JTL provides immediate open access to its content on the principle that making research freely available to the public supports a greater global exchange of knowledge.
JTL by PTL-BPPT is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License. Permissions beyond the scope of this license may be available at http://ejurnal.bppt.go.id/index.php/JTL
References
Anonim. (2008). Lampiran Peraturan Menteri PU nomor 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan. Direktorat Jenderal Penataan Ruang, Departemen Pekerjaan Umum
Marmi (2016). Ruang Terbuka Huijau (RTH) Kota Surabaya sebagai Wahana Peningkatan Kemampuan Dasar Sistimatik Tumbuhan, Inovasi Vol.18, No.1, Hal: 72-79.
Saraswati, A. A. (2008) Keberadaan Ruang Terbuka Hijau dalam Pembangunan Kawasan Industri, Jurnal Teknologi Lingkungan (JTL), Edisi Khusus, Juli 2008, Hal:1-8. ISSN 1441-318X.
Pupuk Kaltim. (2014), Laporan Akhir: Studi Pemilihan Lokasi Pabrik NPK Cluster Proyek NPK Cluster, PT. Pupuk Kalimantan Timur, Pusat Pelayanan Teknologi/Bppt Enjiniring, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
Pupuk Kaltim. (2016(a)), Laporan Akhir: Studi Penanganan Aspek Lingkungan Pem-bangunan Pabrik NPK Cluster, Kaltim Industrial Estate, Kantor Pusat Dan Pusat Produksi
, Bontang 75313, Kalimantan Timur, Indonesia.
Pupuk Kaltim. (2016(b)), Laporan Akhir: Kajian Prediksi Sebaran Emisi Hipotetik di Area NPK Klaster, Kaltim Industrial Estate, Kantor Pusat Dan Pusat Produksi
, Bontang 75313, Kalimantan Timur, Indonesia.
Basri, I. S. (2009). Jalur Hijau (Green Belt) sebagai Kontrol Polusi Udara Hubungannya dengan Kualitas Hidup di Perkotaan, Jurnal Smartek. Vol. 7, No. 2, Hal :113 – 120.
Samsoedin, I. dan E. Subiandono. (2007). Pembangunan dan Pengelolaan Hutan Kota, Prosiding Ekspose Hasil-hasil Penelitian, Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam Bogor
Grey, G.W. dan F.I. Deneke. (1978). Urban Forestry. John Wiley and Sons.
Fakhrian, R., H. Hindersah, dan H. Burhanudin. (2015). Arahan Pengembangan Sabuk Hijau (Green Belt) di Kawasan Industri Kariangau (KIK) Kota Balikpapan. Prosiding Penelitian Spesia 2015 “Perencanaan Wilayah dan Kotaâ€, Tahun Akademik 2014-2015: 15-20.
Wahyudi, (2009) Ketersediaan Alokasi Ruang Terbuka Hijau Kota Pada Ordo Kota I Kabupaten Kudus, Tesis, Program Magister Ilmu Lingkungan Program Pasca Sarjana, Universitas Diponegoro.
Patra, A.D., N. Nasrullah, dan E.L. Sisworo. (2014). Kemampuan Berbagai Jenis Tanaman Menyerap Gas Pencemar Udara (NO2), Risalah Seminar Ilmiah Penelitian dan Pengembangan Aplikasi Isotop dan Radiasi. Batan-Jakarta.
Kusminingrum, N. (2008). Potensi Tanaman dalam Menyerap CO2 dan CO untuk Mengurangi Dampak Pemanasan Global, Jurnal Pemukiman Volume 3, Nomor 2: 96-105.
Maryuhembri. (2016). Kapabilitas Pemerintah Daerah Kabupaten Kuantan Singingi dalam Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Tahun 2011-2015, JOM Fisip Volume 4, Nomor 1: 1-15
Hastuti, I. (2012). Penyediaan Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Nilai Emisi CO2 di Kawasan Industri Surabaya. Tugas Akhir, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.
Lestari, I., B. Yanuwiadi, dan Soemarno, (2013). Analisis Kesesuaian Vegetasi Lokal untuk Ruang Terbuka Hijau Jalan Jalan di Pusat Kota Kupang, J-PAL, Volume 4, Nomor 1 : 1-10, ISSN 2087-3522 dan E-ISSN 2338-1671.
Mediastika, C. E. (2002). Memanfaatkan Tanaman untuk Mengurangi Polusi Particulate Matter ke Dalam Bangunan, Dimensi Teknik Arsitektur Volume 39, Nomor 2 : 159-166
Hastuti, E., dan T. Utami. (2008). Potensi Ruang Terbuka Hijau dalam Penyerapan CO2 di Permukiman, Jurnal Pemukiman Volume 3, Nomor 2: 106-114.
Mulyadin, R. M., dan R. E. P. Gusti. (2015). Analisis Kebutuhan Luasan Areal Hijau Berdasarkan Daya Serap CO2 di Kota Malang, jawa Timur, Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Volume 12, Nomor 1: 59-66.
Tang, B. S., S. W. Wong, and A. K. W. Lee. (2007). Green Belt in a Compact City: A Zone for Conservation or Transition Landscape and Urban Planning, Vol. 79: pp 358-373.
Nowak, D. J., D. E. Crane, and J. C. Stevens. (2006). Air Polution removal by Urban Trees in the United States, Urban Forestry & Urban Greening, Vol. 4 : pp 115-123.
Yang, J., J. McBride, J. Zhou, and Z. Sun. (2005). TheUrban Forest in Beijing and Its Role in Air Pollution Reduction, Urban Forestry & Urban Greening, Vol. 3 : pp 65-78.
Subramani, S., and Devaanandan. (2015). Application of Air Pollution Tolerance Index in Assesing the Air Quality, International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Science, Vol. 7, Issue 7: pp 216-221, ISSN 0975-1491.
Gupta, R. B., P. R. Chaudhari, and S. R. Wate. (2008). Overview on Attenuation of Industrial Air Pollution by Greenbelt, J. of Industrial Pollution Control Vol 25, No. 1: pp 1-8.
Rao, P. S., A. G. Gavane, S. S. Ankam, M. F. Ansari, V. i. Pandirt, and P. Nema. (2004). Performance Evaluation of a Green Belt in a Petroleum Refinery: A Case study, Ecological Enggineering No. 21: pp 77-84.
Martuti, N. K. T. (2013). Peranan Tanaman terhadap Pencemaran Udara di Jalan Protokol Kota Semarang, Biosaitifikas, Vol. 5, No. 1:36-42. Ttg:tanaman tdk berpengaruh, mungkin jenis tdk sesuai dgn polutannya.
Yli-Pelkonen, V., H. Setala, V. Viippola. (2017). Urban Forest Near Roads Do not Reduce Gaseous Air Pollutant Concentration but Have an Impact on particles levels, Lanscape and Urban Planning Vol. 158 :pp 39-47. www. Elsivier.com/locate/landurbplan.
Yli-Pelkonen, V., H. Setala, V. Viippola. (2017). Greenbelts Do not Reduce NO2 Concentrations in Near-road Environment, Urban Climate Vol 21: pp 306-317, Elsivier.com/locate/uclim.